Pengertian kaligri murni
Thursday, September 6, 2012
Kaligrafi
murni adalah seni tulis indah yang mengikuti pola-pola kaidah yang sudah
ditentukan dengan ketat, yaitu bentuk-bentuk yang tetap berpegang pada
rumus-rumus dasar kaligrafi yang baku (kaidah khathiyah). Di sini dapat dibedakan dengan jelas aliran-aliran
seperti Naskhi, Tsuluts, Rayhani, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi dan Riq’ah.11
11 Khath Kufi
disebut khath Muzawwa, yakni jenis tulisan Arab yang berbentuk
siku-siku. Tulisan ini semula berasal dari khath Hieri (Hirah), suatu
tempat bernama Hirah dekat Kufa, kemudian tulisan ini dikenal dengan nama Kufi.
Khath Naskhi atau Nasakh merupakan salah satu tulisan
kursif paling awal, namun memperoleh popularitas baru setelah dirancang kembali
oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10 M. Khath Tsuluts pertama kali
dirumuskan pada abad ke-7 M pada masa kekhalifahan Umayyah. Tsuluts
berarti “sepertiga”—karena pertimbangan garis lurusnya terhadap garis
lengkungnya, atau karena tulisan ini adalah sepertiga dari ukuran tulisan lain
yang populer pada masa itu. Khath Farisi (Ta’liq) pertama
kali berkembang di Persia pada masa pemerintahan Dinasti Safavid (1500-1800 M)
kemudian Pakistan, India dan Tuki. Pada masa pemerintahan Shah Ismail dan Shah
Tahmasp, perkembangan khath Farisi mengalami kemajuan yang pesat,
sehingga tulisan ini menjadi satu-satunya tulisan yang berlaku di Persia. Khath
Riq’ah adalah satu bentuk tulisan yang dapat ditulis dengan cepat, yang
hampir mirip dengan cara menulis stenografi. Tulisan ini ditemukan pada abad 15
M. Khat Rayhani pertama kali dikembangkan pada abad ke-9 M oleh
Ali ibn Al-Ubaydah Al-Rayhani, yang berasal dari khath Naskhi dan khath
Tsuluts. Lihat Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan
Perkembangannya, hlm. 68-97 dan Yasin Hamid Safadi, Kaligrafi Islam,
terj. Abdul Hadi W.M. (Jakarta: PT. Pantja Simpati, cet. I, 1986), hlm. 44-86. Khath
Diwani adalah perkembangan tulisan Usmaniyyah pada akhir abad ke-15 M,
dari tulisan Ta’liq Turki oleh Ibrahim Munif. Khath Diwani Jali
merupakan tulisan Diwani yang mengembangkan ragam ornamental, juga
dikenal sebagai Humayuni (kerajaan). Lihat Yasin Hamid Safadi, hlm. 32.